Larangan Tarik Biaya Sekolah Belum Dilengkapi Payung Hukum

KOTA BATU-Ternyata larangan melakukan pungutan biaya kepada orangtua atau walimurid yang diberlakukan oleh Dinas Pendidikan belum dilengkapi payung hukum. Sehingga aturan yang dibuat tidak bersifat tegas.

Hal itu diakui oleh Sekretaris Dindikpor, Khomaruddin, kemarin. Alasannya, semua biaya sudah ditanggung oleh dana yang bersumber dari BOSNAS dan BOSDA.
Menurut dia kendati pelarangan itu belum ada payung hukumnya atau bersifat himbauan sudah semestinya harus dipatuhi pihak sekolah.
"Sekolah tidak ada alasan lagi memungut biaya. Terutama sekolah yang berstatus negeri. Sekali lagi semua biaya sekolah sudah dipenuhi pemerintah," katanya.
Jadi, kalau sampai terpaksa harus memungut biaya harus mendapatkan restu dari kepala dinas. Jika ada yang melanggar secara pasti akan berhadapan dengan punishment.
Menurut Khomar, biaya yang dari pemerintah itu dipastikan sudah mencukupi. Untuk guru secara pasti sudah lebih dari cukup. Kemudian sarana prasarana sekolah juga sudah dipenuhi oleh pemerintah pula.
Disebutkan untuk siswa SD/MI/SDLB sebanyak 19.860 siswa sudah dibiayai Bosda sebesar Rp8000/siswa/bulan. Sedangkan dari Bosnas sebesar Rp26 ribu/siswa/bulan.
Untuk SMP/MTs/SMPLB disediakan biaya Bosda sebesar Rp10.500/siswa/bulan. Dari Bosnas sebesar Rp48 ribu/siswa/bulan. Dana itu disediakan untuk 9.308 siswa.
Bosda untuk siswa SMA/MA/SMALB sebanyak 3.025 siswa disediakan Rp 110 ribu/siswa/bulan. Dari Bosnas dialokasikan Rp83 ribu/siswa/bulan.
Sebanyak 3.901 siswa SMK juga disediakan Bosda sebesar Rp225 ribu/siswa/bulan. Sedangkan alokasi bosnas sama dengan siswa pada umumnya.
Terpisah, Kepala SMPN 1 Batu Barokah Santoso menyatakan menyambut baik keputusan atau himbauan dinas pendidikan tersebut. "Yang jelas sekolah kami tetap melaksanakan persiapan UN. Dengan target lulus 100 persen,"katanya.
Terkait pelarangan pemungutan biaya menjelang UN tidak menjadi masalah serius. "Bantuan dari wali murid kan bukan hanya uang. Motivasi maupun bantuan dukungan lain juga amat berguna,"terangnya.
SMPN 1 Batu ini, sampai saat ini tetap tidak memungut biaya apapun dari orangtua siswa. Karena harus menaati aturan Pemerintah kota agar tidak melakukan pemungutan biaya.
Selama ini dalam menjalankan roda sekolah masih mengandalkan dua sumber. Yakni Bosda dan Bosnas. Sekolah ini mempunyai 725 siswa. Sekolah ini juga menata kembali manajemennya, setelah dari status RSI berubah menjadi sekolah reguler biasa.
Sementara itu, Kepala SMPN 2 Batu Syamsul Hidayat menyebut untuk realisasikan program, hendaknya dindikpora harus konsisten. Seperti halnya SMPN 2. Dijanjikan sebaga sekolah percontohan sampai saat ini belum ada kejelasan.
“Sampai hari ini kami belum tahu kejelasannya, yang jelas itu merupakan program Pemkot dan Disdikpora,”kata Kasek SMPN 2 Kota Batu, Syamsul Hidayat,  kemarin.
Menurut dia, selain SMPN 2 juga SMPN 5 termasuk sekolah yang bakal dijadikan sebagai percontohan. Karena, Kota Batu yang sudah menjadi Kota Wisata juga sangat ideal dalam pengembangan mutu pendidikan.
Syamsul menjelaskan, saat ini siswa di SMPN 2 sebanyak 990 orang, dengan kapasitas kelas sebanyak 30 ruangan, belum termasuk ruang guru, lab dan lainnya.”SMPN 2 sangat cocok untuk dijadikan sekolah percontohan, selain lokasinya berada diperkotaan, juga menjadi tempat berlalu lalang wisatawan, dan sempat ada konsultan yang datang kesini survey tempat,”jelasnya.
Kalaupun tahun 2014 ini tidak bisa direalisasikan, paling penting pembangunannya dilaksankan secara bertahap. Sebab, untuk membangun sekolah percontohan dibutuhkan biaya yang sangat besar dan perlu perencanaan matang.
Menurutnya, master plan dan desain bangunannya sebenarnya sudah selesai di Dindikpora. ”Mungkin Pemkot lebih memilih program prioritas lain yang dikira lebih penting untuk didahulukan,”terangnya.
Pria mantan Kasek SMPN 1 Kota Batu ini menambahkan, sampai kapanpun pihaknya akan tetap menunggu dan berharap rencana tersebut segera direalisasikan. Selain itu, nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. ”Dukungan dari semua stakeholder, apalagi sampai saat ini sekolah di Batu sudah bebas biaya,”tambah pria 59 tahun ini. 

Posting Komentar